PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi dalam
disiplin ilmu sering disebut dengan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif,
seperti terhadap rangsang dan jawaban yang menimbulkaan tingkah laku.Dan yang
dimaksud dengan dakwah yaitu mengajak manusia kejalan Allah agar mereka bahagia
didunia dan di akhirat.
Dalam berdakwah sangat
diperlukan psikologi untuk mengetahui keadaan mad’u dan bisa mengerti tingkah
laku mad’u itu sendiri. Selain itu keberhasilan
seorang da’I dalam menyampaikan dakwahnya tergantung pada respon mad’u
untuk memenuhi ajakan sang da’i.
Salah satu pusat perhatian psikologi dakwah
adalah bagamana dakwah itu bisa disampaikan secara persuasif.efektifitas suatu
kegiatan dakwah memang berhubungan dengan bagaimana mengkomunikasikan pesan dakwah itu kepada mad’u, persuasive
atau tidak.Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam
mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel
manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya.
Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam
pikiran manusia. Sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara
berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan
sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan
memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur,
menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.
Pembatasan masalah digunakan
untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini, masalah
dibatasi pada hal yang berkaitan dengan dakwah persuasif yaitu tentang
peluangakeberhasilan dakwah, unsure-unsur pembentuk persuasive, dan meteri
dakwah persuasive.
B. Rumusan Masalah
1)
Bagaimana interaksi antara da’i dan
mad’u terbentuk?
2)
Apakah motivasi itu?
3)
Bagaimana motivasi berpengaruh terhadap
proses dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INTERAKSI
DA’I DAN MAD’U
·
Siapakah Da’i Itu?
Menurut bahasa kata Da’i berasal
dari bahasa Arab bentuk mudzakar yang berarti orang yang mengajak. Kalau
muanats disebut Da’iyah. Jadi yang dimaksud dengan Da’i adalah orang yang
mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan,
tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar
luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik
menurut Islam.
·
Siapakah mad’u itu?
Mad’u atau penerima dakwah adalah
seluruh umat manusia, baik laki-laki atau perempuan, tua maupun muda, muslim
maupun non muslim, kesemuanya menjadi obyek dalam kegiatan dakwah ini. Semua
berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.
Da’i adalah salah satu faktor dalam
kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tudaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam
makalah ini adalah da’i yang bersifat umum, artinya bukan saja da’i yang
professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak
menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan
aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i.
Sosok da’i yang memiliki kepribadian
sangat tinggi dan tak pernah kering digali adalah Rosulullah SAW. Hal ini Allah
isyaratkan dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 21:
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Seorang da’i hendaklah mengambil
pelajaran dari Rosulullah SAW dan para sahabat serta para ulama saleh terdahulu
yang telah berjuang menegakkan nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran Islam.
Berhasil atau tidaknya suatu
kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh kepribadian juru dakwah. Sikap penuh
keyakinan bahwa dakwah yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh
pendengar, sikap yakin bahwa apa yang disampaikan adalah perintah Allah SWT,
serta sikap optimis dan pantang menyerah adalah cirri-ciri kepribadian seorang
juru dakwah.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah
akan banyak cobaan yang dihadapi oleh juru dakwah. Oleh Karena itu kepribadian
seorang da’i berperan penting dalam keberhasilan proses dakwah. Untuk itu,
orang yang berdakwah harus memiliki sikap mental yang baik dan ini harus betul-betul
terealisasi dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap mental ini antara lain
sebagai berikut:
1. Memiliki
kecintaan kepada ajaran Islam, sehingga dalam kapasitasnya sebagai da’i,
seorang telah merealisasikan pesan-pesan dakwahnya dalam kehidupan nyata. Bila
tidak, terdapat hambatan psikologis untuk diterimanya pesan-pesan dakwah oleh
mad’u, bahkan bisa mengakibatkan hilangnya kewibawaan sebagai da’i dan di
hadapan Allah Swt, ia mendapatkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,
“Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan?” (As-Shaff:2)
2. Lemah lembut
kepada mad’u-nya agar mereka senang dan mau menerima pesan-pesan dakwah serta
mengikuti jalannya. Bila bersikap sebaliknya, yakni bengis dan kasar, kemungkinan
besar yang terjadi adalah dai dijauhi madú nya. Ini pula yang dicontohkan oleh
Rasul Saw dalam berbagai peristiwa, sehingga mereka yang semula memusuhi
berubah menjadi pendukung-pendukung yang setia.
3. Bersikap
sabar dan optimis dalam dakwah.
4. Menggunakan
cara yang baik dan benar dalam berdakwah, sehingga secara psikologis dakwah
akan mendapat simpati mereka yang semula tidak suka dan tidak ada alasan untuk
menuduh para dai dengan tuduhan yang tidak benar.
B.
TENTANG MOTIVASI
Motivasi berasal dari kata motif yaitu dorongan yang
datang dari dalam untuk berbuat (Walgito, 2002). Motif berasal dari bahasa
latin Movere yang berarti bergerak atau to move.
Motivasi merupakan satu penggerak
dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan.
Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju
kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah
sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi
berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan.
Para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi penentu bagi kegiatan
hidup individu dalam usahanya mencapai tujuan. Motif adalah impulse atau
dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif
atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan. Motif bukan hanya merupakan suatu
keadaan perasaan. Motif bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga
merupakan orientai kognitif, elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
Oleh karena itu motifasi dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Adapun para psikolog memberikan pengertian dan teori-teori sebagai berikut:
1.
Sigmund Freud berpendapat bahwa dasar
dari motivasi tingkah laku manusia adalah insting (naluri).
2.
Abraham Maslaw berpendapat bahwa manusia
dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan bersal dari sumber genesis atau naluriah.
3.
K. S.Lashlay berpendapat bahwa motivasi
dikendalikan oleh respon-respon susunan syaraf sentral ke arah rangsangan dari
dalam dan dari luar yang fariasinya sangat kompleks, termasuk perubahan
kompoisi kimiawi dan aliran darah.
4.
Fillmore H.Sanford berpendapat bahwa motivasi
itu motion yang berarti gerakan. Oleh karena itu Ia mengartikan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menggerakkan suatu organisme dan mengarahkannya
kepada suatu tujuan.
5.
Floyd L. Ruch berpendapat bahwa motivasi
manusia sangat kompleks dan dapat mempengaruhi manusia dalam tiga cara:
a. Motif memungkinkan pola rangsang
dari luar diri manusia mengalahkan rangsangan lain yang menyainginya.
b. Motif dapat membuat
seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu ehingga ia dapat menemukan objek
atau situasi khusus diluar dirinya.
c. Motif dapat menimbulkan
kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat.
Fungsi motivasi dari uraian
diatas menunjukkan bahwa motivasi mendorong timbulnya perilaku dan mempengaruhi
serta mengubah perilaku. Jadi fungsi motivasi ialah :
1.
Mendorong timbulnya perilaku atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
2.
Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan
yang diinginkan.
3.
Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
·
Klasifikasi Motif
Penggolongan motif dalam
diri manusia menurut Ahli Psikologi :
1. Sartain, membagi motif menjadi 2 golongan:
a. Physiological Drive : Dorongan yang bersifat fisiologis. Jika kebutuhan dorongan terpenuhi
maka seseorang menjadi tenang. Contoh; rasa lapar, haus, lelah dll.
b. Social Motives :
Dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat
seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika)
2. Woodworth, membagi motif menjadi 2 golongan:
a. Unlearned Motives : Motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau
kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh.
b. Learned Motives: merupakan aspek-aspek yang disadari meliputi motif-motif untuk
mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu.
PERAN MOTIVASI
DALAM PROSES DAKWAH
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan,
mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Motivasi mengarahkan tingkah
laku individu kearah suatu tujuan, menguatkan intensitas dan arah
dorongan-dorongan dan kekuatan individu tersebut.
Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu
objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah laku
sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk
mengarahkan tingkah lku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopng
tingkah laku mad’u dengan mencipatakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan
tersebut.
Penting bagi seorang da’i mengetaui motif-motif mendesak dari
sasaran dakwahnya agar seorang da’i mampu menyesuaikan materi dakwah. Metode
dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di
atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan
dakwah.
Karena ketika seseorang berdakwah (da’i)
maka ia perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi
(mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik.
Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain
agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan
oleh agama (islam).
Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan
utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau
menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar
dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u
benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran
dari dirinya sendiri.
Tidak ada komentar
Posting Komentar