Kamis, 24 Desember 2015

INTERAKSI PSIKOLOGIS DA’I DAN MAD’U

BAB 1 PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Psikologi dalam disiplin ilmu sering disebut dengan ilmu pengetahuan yang mempelaja... thumbnail 1 summary





BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Psikologi dalam disiplin ilmu sering disebut dengan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang dan jawaban yang menimbulkaan tingkah laku.Dan yang dimaksud dengan dakwah yaitu mengajak manusia kejalan Allah agar mereka bahagia didunia dan di akhirat.
Dalam berdakwah sangat diperlukan psikologi untuk mengetahui keadaan mad’u dan bisa mengerti tingkah laku mad’u itu sendiri. Selain itu keberhasilan  seorang da’I dalam menyampaikan dakwahnya tergantung pada respon mad’u untuk memenuhi ajakan sang da’i.
Salah satu pusat perhatian psikologi dakwah adalah bagamana dakwah itu bisa disampaikan secara persuasif.efektifitas suatu kegiatan dakwah memang berhubungan dengan bagaimana mengkomunikasikan  pesan dakwah itu kepada mad’u, persuasive atau tidak.Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remot control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, marah, sedih, lunglai, semangat, dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan baru kedalam pikiran manusia. Sebagai pesan, bahasa juga ada psikologinya, misalnya cara berkata seseorang, isyarat tertentu, struktur bahasa yang digunakan dan sebagainya, dapat memberikan maksud tertentu kepada lawan bicara. Jadi, dengan memperhatikan psikologi pesan, bahasa dapat digunakan oleh da’I untuk mengatur, menggerakkan dan mengendalikan perilaku masyarakat.
Pembatasan masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada hal yang berkaitan dengan dakwah persuasif yaitu tentang peluangakeberhasilan dakwah, unsure-unsur pembentuk persuasive, dan meteri dakwah persuasive.
B.   Rumusan Masalah
1)      Bagaimana interaksi antara da’i dan mad’u terbentuk?
2)      Apakah motivasi itu?
3)      Bagaimana motivasi berpengaruh terhadap proses dakwah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    INTERAKSI DA’I DAN MAD’U
·         Siapakah Da’i Itu?
Menurut bahasa kata Da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar yang berarti orang yang mengajak. Kalau muanats disebut Da’iyah. Jadi yang dimaksud dengan Da’i adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.
·         Siapakah mad’u itu?
Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki atau perempuan, tua maupun muda, muslim maupun non muslim, kesemuanya menjadi obyek dalam kegiatan dakwah ini. Semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.
Da’i adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tudaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’i yang bersifat umum, artinya bukan saja da’i yang professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i.
Sosok da’i yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah kering digali adalah Rosulullah SAW. Hal ini Allah isyaratkan dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 21:
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Seorang da’i hendaklah mengambil pelajaran dari Rosulullah SAW dan para sahabat serta para ulama saleh terdahulu yang telah berjuang menegakkan nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran Islam.
Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh kepribadian juru dakwah. Sikap penuh keyakinan bahwa dakwah yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh pendengar, sikap yakin bahwa apa yang disampaikan adalah perintah Allah SWT, serta sikap optimis dan pantang menyerah adalah cirri-ciri kepribadian seorang juru dakwah.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah akan banyak cobaan yang dihadapi oleh juru dakwah. Oleh Karena itu kepribadian seorang da’i berperan penting dalam keberhasilan proses dakwah. Untuk itu, orang yang berdakwah harus memiliki sikap mental yang baik dan ini harus betul-betul terealisasi dalam kehidupannya sehari-hari. Sikap mental ini antara lain sebagai berikut:
1.      Memiliki kecintaan kepada ajaran Islam, sehingga dalam kapasitasnya sebagai da’i, seorang telah merealisasikan pesan-pesan dakwahnya dalam kehidupan nyata. Bila tidak, terdapat hambatan psikologis untuk diterimanya pesan-pesan dakwah oleh mad’u, bahkan bisa mengakibatkan hilangnya kewibawaan sebagai da’i dan di hadapan Allah Swt, ia mendapatkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (As-Shaff:2)
2.      Lemah lembut kepada mad’u-nya agar mereka senang dan mau menerima pesan-pesan dakwah serta mengikuti jalannya. Bila bersikap sebaliknya, yakni bengis dan kasar, kemungkinan besar yang terjadi adalah dai dijauhi madú nya. Ini pula yang dicontohkan oleh Rasul Saw dalam berbagai peristiwa, sehingga mereka yang semula memusuhi berubah menjadi pendukung-pendukung yang setia.
3.      Bersikap sabar dan optimis dalam dakwah.
4.      Menggunakan cara yang baik dan benar dalam berdakwah, sehingga secara psikologis dakwah akan mendapat simpati mereka yang semula tidak suka dan tidak ada alasan untuk menuduh para dai dengan tuduhan yang tidak benar.

B.     TENTANG MOTIVASI
Motivasi berasal dari kata motif yaitu dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat (Walgito, 2002). Motif berasal dari bahasa latin Movere yang berarti bergerak atau to move.
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi penentu bagi kegiatan hidup individu dalam usahanya mencapai tujuan. Motif adalah impulse atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan. Motif bukan hanya merupakan suatu keadaan perasaan. Motif bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga merupakan orientai kognitif, elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Oleh karena itu motifasi dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia. Adapun para psikolog memberikan pengertian dan teori-teori sebagai berikut:
1.              Sigmund Freud berpendapat bahwa dasar dari motivasi tingkah laku manusia adalah insting (naluri).
2.              Abraham Maslaw berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan bersal dari sumber genesis atau naluriah.
3.              K. S.Lashlay berpendapat bahwa motivasi dikendalikan oleh respon-respon susunan syaraf sentral ke arah rangsangan dari dalam dan dari luar yang fariasinya sangat kompleks, termasuk perubahan kompoisi kimiawi dan aliran darah.
4.              Fillmore H.Sanford berpendapat bahwa motivasi itu motion yang berarti gerakan. Oleh karena itu Ia mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan suatu organisme dan mengarahkannya kepada suatu tujuan.
5.              Floyd L. Ruch berpendapat bahwa motivasi manusia sangat kompleks dan dapat mempengaruhi manusia dalam tiga cara:
a.       Motif memungkinkan pola rangsang dari luar diri manusia mengalahkan rangsangan lain yang menyainginya.
b.      Motif dapat membuat seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu ehingga ia dapat menemukan objek atau situasi khusus diluar dirinya.
c.       Motif dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat.
Fungsi motivasi dari uraian diatas menunjukkan bahwa motivasi mendorong timbulnya perilaku dan mempengaruhi serta mengubah perilaku. Jadi fungsi motivasi ialah :
1.      Mendorong timbulnya perilaku atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2.      Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.      Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
·         Klasifikasi Motif
Penggolongan motif dalam diri manusia menurut Ahli Psikologi :
1.      Sartain, membagi motif menjadi 2 golongan:
a.       Physiological Drive : Dorongan yang bersifat fisiologis. Jika kebutuhan dorongan terpenuhi maka seseorang menjadi tenang. Contoh; rasa lapar, haus, lelah dll.
b.      Social Motives : Dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika)
2.      Woodworth, membagi motif menjadi 2 golongan:
a.       Unlearned Motives : Motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh.
b.      Learned Motives: merupakan aspek-aspek yang disadari meliputi motif-motif untuk mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu. 
PERAN MOTIVASI DALAM PROSES DAKWAH
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Motivasi mengarahkan tingkah laku individu kearah suatu tujuan, menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan individu tersebut.
Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah lku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopng tingkah laku mad’u dengan mencipatakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut.
Penting bagi seorang da’i mengetaui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar seorang da’i mampu menyesuaikan materi dakwah. Metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.



BAB III
PENUTUP


·         KESIMPULAN
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan dakwah.
Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan oleh agama (islam).
Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.

Tidak ada komentar

Posting Komentar