BAB I
(PENDAHULUAN)
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Proses pelaksanaan (penyampaian dan
penerimaan) dakwah tidak terlepas dari faktor bahasa sebagai salah satu alat
komunikasi (penyampaian pesan dari Da’i kepada Mad’u). Dalam kenyataannya ketika seorang
Da’i terjun ke bidang dakwah, Da’i akan bertemu dengan Mad’u dengan berbagai
bahasa dan dialek yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Kerena dalam proses dakwah Da’i akan
berharap dengan Mad’u yang memiliki bahasa yang beragam, maka seharusnyalah
seorang Da’i mengenal bahkan menguasai bahasa Mad’u tersebut agar komunikasi
yang efektif dapat dicapai. Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai
proses penyampaian da penerimaan dakwah di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Penyampaian Dakwah di Masyarakat?
2. Bagaimana Penerimaan Dakwah di Masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dakwah
2. Mengetahui Proses Penyampaian Dakwah di Masyarakat
3. Mengetahui penerimaan dakwah di masyarakat
BAB II
(PEMBAHASAN)
A.
Proses Penyampaian Dakwah
Mengenai proses
komunikasi (penyampaian dan penerimaan) pesan dakwah dapat dijelaskan melalui
tahapan-tahapan, yaitu:
1. Penerimaan stimulus informasi
2. Pengolahan informasi
3. Penyimpanan informasi
4. Menghasilkan kembali suatu informasi
2. Pengolahan informasi
3. Penyimpanan informasi
4. Menghasilkan kembali suatu informasi
Pesan dakwah
harus disampaikan dengan hikmah dan pelajaran. Dakwah dengan hikmah telah
ditafsirkan oleh sebagian ahli tafsir sebagai perkataan yang tegas dan benar,
yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Menurut Prof. Djamaludin
Ancok dan Fuad Nashori, kata hikmah ini tidak hanya terbatas pada definisi tersebut.
Hikmah dapat pula diartikan sebagai penggunaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan.
Dalam tinjauan psikologi dakwah, ada tiga faktor
penting yang sangat menentukan keberhasilan dakwah yaitu:
1. Pertama, yang menyampaiakan dakwah
(communicator)
2. Kedua, teknik penyampaian dakwah (communocation)
3. Ketiga, siapa penerima pesan dakwah (audience/objek dakwah)
2. Kedua, teknik penyampaian dakwah (communocation)
3. Ketiga, siapa penerima pesan dakwah (audience/objek dakwah)
Menurut Mc
Guiere, sebagaimana yang dikutip Ancok dan Nashori, proses perubahan sikap
seseorang dari tidak tahu atau tidak menerima suatu pesan ke penerima suatu pesan
berlangsung melalui tiga proses di atas. Dimana setiap muslim wajib berdakwah
kapan dan dimana saja, namun berdakwah pun memerlukan menagemen dakwah apabila
menghadapi suatu majelis atau jamaah besar.
Langkah-langkah yang
perlu dilakukan sebelum berdakwah adalah:
a.
Langkah pertama
1) Menentukan topik dakwah
2) Men-setting tujuan akhir suatu dakwah
2) Men-setting tujuan akhir suatu dakwah
3) Mengidentifikasi medan serta khalayak yang
akan menerima pesan dakwah
4) Memilih waktu yang paling tepat untuk berdakwah
5) Mempersiapkan materi yang relevan dan konsisten
4) Memilih waktu yang paling tepat untuk berdakwah
5) Mempersiapkan materi yang relevan dan konsisten
b. Kedua, teknik penyajian
dakwah yang efektif
1) Topik dan waktu
yang tepat, berdasarkan permasalahan yang sedang terjadi di
daerah tersebut
daerah tersebut
2) Analisa
khalayak, yaitu mengetahui siapakah pendengar kita (usia, tingkat pendidikan,
dll) dan yang penting juga diperhatikan adalah apakah obyek dakwah sudah
terkena fikrah atau belum
3) Memilih dan memilah meteri dakwah
4) Mempersiapkan
alat peraga, merupakan bentuk-bentuk visual yang diperlihatkan kepada khalayak,
karena melihat itu lebih efektif daripada mendengar
B.
Proses Penerimaan Dakwah
Proses bagaimana
Mad’u menerima informasi, mengolahnya, menyimpan, dan menghasilkan informasi
dalam psikologi komunikasi disebut sebagai Sistem Komunikasi Intra Personal.
Proses ini meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir.
a. Sensasi
Tahap awal dari
penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya
pengindraan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Dalam psikologi
komunikasi dijelaskan bahwa sensasi adalah proses menangkap stimuli (rangsang).
Fungsi alat
indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat
indra, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu
melalui alat indra lah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya. Dalam kegiatan dakwah, ketika seorang Da’i tampil
ke mimbar, maka stimuli yang ditangkap Mad’u pada awalnya adalah sosok tubuhnya
(oleh indra mata) kemudian setelah berpidato, Mad’u menangkap stimuli suaranya
(oleh indra pendengaran) dan seterusnya.
b. Persepsi
Persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah proses memberi makna
pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah
sensasi menjadi informasi. Dalam penyampaian dakwah di masyarakat, tentunya ada
beberapa hal yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk dapat menerima suatu
dakwah tersebut antara lain:
a)
Prinsip
Gerakan
Secara psikologis, benda kecil yang bergerak-gerak pasti lebih menarik perhatiannya dibanding benda-benda besar yang diam. Atas dasar prinsip ini, maka seorang orator atau mubalig sering kali menggerak-gerakkan tangannya atau sesekali kepalanya ketika sedang berpidato, karena dengan gerakan tangan itu perhatian pendengar tertuju padanya.
Secara psikologis, benda kecil yang bergerak-gerak pasti lebih menarik perhatiannya dibanding benda-benda besar yang diam. Atas dasar prinsip ini, maka seorang orator atau mubalig sering kali menggerak-gerakkan tangannya atau sesekali kepalanya ketika sedang berpidato, karena dengan gerakan tangan itu perhatian pendengar tertuju padanya.
b)
Prinsip
Kontras
Kita
akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Suara
keras di tengah keheningan, sorot lampu ditengah kegelapan, warna merah pada
latar belakang putih pasti menarik perhatian. Oleh karena itu, pidato ditengah
kerumunan orang banyak memerlukan pengeras suara, karena dalam hal ini suara
mubalig menjadi kontras mengalahkan suara obrolan orang banyak.
c) Prinsip Kebaruan
Segala
sesuatu yang baru pasti menarik perhatian manusia, orang baru, barang baru, dan
juga ide baru. Hal-hal yang baru menarik perhatian karena biasanya di dalamnya
terkandung penilaian hebat, luar biasa, berbeda dari biasanya, dan sebagainya.
Dalam
hubungannya dengan dakwah, seorang Da’i harus dapat tampil dengan
mengetengahkan hal yang baru, berbeda dan jika mungkin yang hebat untuk dapat
menarik perhatian Mad’u. Kebaruan sesuatu tidak mesti bersifat keseluruhan,
tapi bisa juga barang lama dalam kemasan baru, atau pendapat lama dengan
ilustrasi yang baru.
c. Memori
Salah satu kelebihan manusia adalah
kemampuan menyimpan informasi yang sangat banyak dalam waktu yang lama dan
dapat mengingat kembali. Jika komputer mampu menyimpan data yang untuk suatu
saat dapat dipanggil kembali, maka kemampuan manusia menyimpan informasi (data)
dan bagaimana mudahnya mengingat atau memanggil informasi itu sangat canggih
dibanding komputer.
Jadi, apa yang ditangkap pancaindra
(sensasi) kemudian diubah menjadi informasi (persepsi) selanjutnya disimpan di
dalam memori (ingatan). Dengan demikian memori adalah suatu sistem yang sangat
berstruktur yang menyababkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia.
d. Berpikir
Berpikir adalah suatu kegiatan yang
melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan
menggunakan lambang-lambang, sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan
yang tampak.
Berfikir merupakan proses keempat
setelah sensasi, persepsi, dan memori yang mempengaruhi penafsiran terhadap
suatu stimulasi. Dalam berfikir seseorang melibatkan sensasi, persepsi, dan
memori sekaligus. Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk memecahkan persoalan,
untuk mengambil keputusan, dan untuk melahirkan sesuatu yang baru.
Proses pelaksanaan (penyampaian dan
penerimaan) dakwah tidak terlepas dari faktor bahasa sebagai salah satu alat
komunikasi (penyampaian pesan dari Da’i kepada Mad’u). Dalam kenyataannya
ketika seorang Da’i terjun ke bidang dakwah, Da’i akan bertemu dengan Mad’u
dengan berbagai bahasa dan dialek yang berbeda antara satu daerah dengan daerah
yang lain.
Kerena dalam proses dakwah Da’i akan
berharap dengan Mad’u yang memiliki bahasa yang beragam, maka seharusnyalah
seorang Da’i mengenal bahkan menguasai bahasa Mad’u tersebut agar komunikasi
yang efektif dapat dicapai. Tanpa mengenal bahasa Mad’u (sasaran dakwah), maka
tugas Da’i sebagai penyampai ajaran Islam tidak akan dapat terlaksana dengn
baik. Sejarah telah membuktikan bahwa Allah selalu mengangkat nabi dan rasul
yang diperuntukkan untuk kaum dari kalangan kaum itu sendiri yang memiliki
bahasa yang sama.
Proses penyampaian
dan penerimaan dakwah itu di lihat dari sudut psikologi tidaklah sesederhana
penyampaian pidato oleh Da’i dan di dengar oleh Mad’u, tetapi mempunyai makna
yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan
tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian
energi dari alat-alat indera ke otak, baik dalam peristiwa penerimaan pesan dan
pengolahan informasi,maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah
pihak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ketika proses suatu
dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energi dari alat-alat indera ke
otak, baik dalam peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi, maupun
pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah pihak. Proses dakwah dapat di
lihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pertama, diterimanya stimuli (rangsang)
oleh organ-organ penginderaan.
2. Kedua, rangsang yang diterima Mad’u
berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang disampaikan oleh Da’i.
Kemudian diolah dalam benak Mad’u (hadirin).
3. Ketiga untuk merespon tahapan ceramah
atau seruan ajakan Da’i (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau
kerena bosan kemudian meninggalkan ruangan).
B.
Saran
Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil
sikapnya, kadang-kadang manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu,
manusia perlu sekali tahu mengenai diri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Kami minta
maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini, kami membutuhkan kritik dan saran
yang membangun agar ke depannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin dan Fuad Anshori. Psikologi
Islam “ Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi”. 1994. Pustaka
Belajar: Yogyakarta.
Munir, Jamaludin. Psikologi
Dakwah. 2006. Kencana: Jakarta.
Mubarok, Achmad. Psikologi
Dakwah. 1999. Pustaka Firdaus: Jakarta
Tidak ada komentar
Posting Komentar